Novel Badai Pasti Berlalu begitu terkenal. Saya lebih dulu menonton filmya (versi Raihanun dan Vino G. Bastian) baru kemudian membaca novelnya. Setelah membaca novel ini saya merasa, saya harus menulis reviewnya. Ini novel bagus! selain itu ini merupakan review pertama yang saya tulis sebagai salah satu terapi (ala saya) untuk mengembalikan semangat menulis saya. Sambil bersedih-sedih (oleh novel ini maupun oleh diri saya sendiri), selamat membaca, semoga bermanfaat. J

BADAI PASTI BERLALU
Marga T.
1974

BLURB

Siska baru saja mengalami patah hati karena tunangannya membatalkan pernikahan mereka dan menikah dengan gadis lain. Kehilangan semangat hidup dia keluar dari pekerjaannya sebagai guru Taman Kanak-Kanak dan hidup menyendiri.

Kakak laki-lakinya berusaha keras menyembuhkannya. Leo, teman karibnya, coba menolong gadis itu.

Mula-mula Leo, yang dikenal sebagai Don Juan mempunyai motif tersendiri untuk membangkitkan gairah hidup Siska yang sudah terlelap dalam apati dan beku bagaikan sebuah ‘gunung es’.

“Alaa, ditipu sekali lagi apa salahnya, toh sudah terlanjur patah hati. Sukar utuh kembali. Ha, ha, ha. Kita harus rayakan ini,” seru Leo pada suatu ketika. Leo mendekati Siska. Tetapi...

Dari sini mulailah Marga T. mengembangkan suatu kisah mencekam dan menyentuh hati. Badai Pasti Berlalu yang pernah terbit sebagai cerita bersambung dalam harian Kompas mengisahkan kehidupan Siska yang penuh kegelisahan dan kepedihan.

Di samping Leo, muncul tokoh Helmi seniman pegawai ‘night club’, seorang pemuda yang lincah, perayu, lihai, dan licik.

Badai demi badai yang hitam pekat melanda hati Siska, yang seperti setiap gadis, mendambakan kebahagiaan cinta.

Kapan badai dalam hidupnya berlalu?

SINOPSIS

Cerita tentang kehidupan Siska, seorang guru Taman Kanak-Kanak yang dikelilingi oleh saudara-saudara dan orangtua yang sangat menyayangi dan memanjakannya. Keadaan ini tidak lantas membuatnya terhindar dari badai cinta dan kehidupan. Siska batal menikah. Akibatnya dia  sendu dan mengasingkan diri ke sebuah villa. Dia tidak mau makan atau melakukan apapun. Sifatnya berubah menjadi dingin. Di sisi lain, Leo dan teman-teman kakaknya mengadakan pertaruhan, barangsiapa yang dapat memenangkan hati Siska, akan mendapat seratus ribu rupiah.

Leo seorang dokter muda dan playboy. Dia merasa tertantang. Dia mengiyakan pertaruhan itu dan bertemu Siska. Motifnya itu membuat dia melancarkan jurus-jurus cerdik sehingga membuat ‘gunung es’ perlahan mencair. (Bagaimana saja jurusnya? Silakan baca novelnya)

Leo tahu dari bibir Siska bahwa Siska mengidap penyakit menurun. Penyakit itu membuat Siska harus berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. Di sisi lain, taruhan itu terdengar oleh Siska yang otomatis mempengaruhi hubungan keduanya.

Hati Siska kembali membeku. Sementara Leo hampir bunuh diri karena terluka oleh wanita, kedua kalinya.

Bagaimanapun itu, hidup keduanya harus berlanjut.

Siska bertemu Helmi, seniman di ‘night club’. Hubungan keduanya berlangsung cepat dan tidak terduga. Keluarga Siska menyetujui walaupun tidak sepenuhnya senang. Asalkan Siska senang, apapun. Ternyata ada motif di baliknya. Siska manja dan dimanjakan, namun berusaha tegar untuk melindungi keluarganya. Dia tahu apa yang dilakukannya kali ini walaupun itu membuatnya menderita.

Dalam kesedihannya, dia melanjutkan hidup.

Siska tak lagi sendiri, Cosa menemani dan menghiburnya. Hanya selama dua tahun tiga bulan, Cosa kemudian pergi. Badai itu kemudian membangkitkan Siska, dia memutuskan mengambil sikap. Sedetik keberanian membawanya menyongsong badai berlalu.

REVIEW


Saya menyukai alur novel ini. Alurnya stabil tanpa membuat pembaca penasaran berlebihan dan berusaha sok tahu tetapi tetap membuat ingin terus membuka lembarannya. Ada pesan-pesan dan kritik sosial kecil yang terselip dalam kata-kata tokohnya. Kalau boleh saya berkata, novel ini abadi. Dari segi tema, alur, penokohan, setting, semuanya sempurna. Masih juga sesuai dengan era saat ini (artinya, novel ini telah bertahan hampir setengah abad). Soal gaya bahasa, novel ini memang terbit pada tahun ’70-an tetapi gaya bahasanya mudah dimengerti dan tidak jadul sama sekali. Lima bintang untuk novel ini.