ZOMBIE GARETT
“Vyrna!”
“Tidak, Garett, aku tidak akan
berhenti. Kamu membaca koran dan berita di televisi kan. Spesies baru zombie
itu nyata. Pemburu itu nyata. Zombieland itu nyata. Mereka yang berubah menjadi
zombie karena rokok dibuang ke sana. Mereka tidak lagi bisa berpikir, tidak
bisa berhenti, tidak lagi bisa sembuh. Mereka, mereka menunggu mati”, Vyrna
menitikkan air mata. “Kalau itu terjadi, siapa yang menderita, siapa?”
“Bau ini hanya karena aku di sekitar
teman yang merokok.”
Vyrna meraih tangan kananku, membaui
jemarinya. Tentu saja kebohonganku tidak berarti. Bau di kemeja dan tanganku
membuktikan perbuatan duabelas batang sehariku. Vyrna meninggalkanku di luar
pagar rumahnya, dia masuk, menggerendelnya kembali.
Aku kemudian pulang, duduk-duduk di
jendela kamar, menonton televisi.
“Populasi zombiegaret dinyatakan
meningkat. Zombieland dikhawatirkan tidak akan lagi cukup menampung dalam waktu
dekat.”
Saluran TV yang lain.
“Sang pemburu semakin gencar.
Petugas DKLH kembali menemukan mayat zombiegaret di jalan.”
Aku meraih segenggam rokok di saku
yang luput dari sidak Vyrna. Aku menghisapnya satu dalam-dalam. Hangatnya
nyaman di mulut, mengganjal keinginan untuk makan. Sudah beberapa hari ini aku
tidak bisa makan, sulit rasanya untuk menelan. Sariawan semakin menggila,
gigi-gigiku juga ada yang goyang seperti Pak Tua, entah kenapa.
Tok, tok, tok. Aku mengepit rokok
dengan bibir, berjalan lambat, meraih gagang pintu. Asap mengepul memenuhi
wajahku.
“INI SAKIT SETENGAH MATI! ROKOK
$#!%! AKU KE ZOMBIELAND, AKU MATI!!”
Aku tidak mendengar ada suara yang
berbicara, kutajamkan mataku, rupanya asap itu berteriak. Setelah asap itu
mereda, tampak sosok kurus tinggal tulang yang berpakaian pria. Wajahnya hitam,
keriput, mulutnya ompong. Dia berbalik, gerakannya sangat pelan. Aku tidak tahu
siapa dia.
Aku menghisap lagi rokok keduaku
dalam-dalam sambil berpikir, mencerna kejadian tadi. Lama, tidak juga kutemukan
jawabnya. Tiba-tiba aku terbatuk begitu keras hingga gigiku tanggal. Suaraku
serak, lama-lama suaraku menghilang. Aku melihat ke cermin, ada zombie di sana.
Sebelum kanker ini membunuhku,
sebelum otakku beku, sebelum aku kehilangan memoriku, aku berusaha berlari,
melangkahkan kaki sekuat tenaga. Aku tidak bisa berlari, tubuhku rusak, jalanku
lambat, tulangku rapuh. Semalam lamanya aku berjalan untuk mencapai rumahnya.
***
Langit gelap namun hujan belum turun
lagi sejak semalam. Sedari pagi aku berdiri di bawah pohon yang daun-daunnya
sudah gugur di depan sebuah rumah yang familer bagiku. Rumah itu dipagari kawat
tinggi-tinggi beraliran listrik. Kulihat jauh ke jendela di lantai dua, di sana
ada gadis berambut hitam sebahu yang memandangiku dengan tatapan berbeda.
Aku menunduk, melihat diriku
sendiri. Kaki kurus yang dibalut sepatu kebesaran, celana panjang yang mau
melorot bahkan ikat pinggangpun tak dapat sempurna menahannya di pinggang. Aku
menemukan pantulan diri di genangan air di bawah kaki. Masih aku yang sama
dengan aku semalam. Aku memejamkan mata, tak dapat merubah ini.
Gadis di loteng itu masih di sana,
menempelkan kedua tangannya di kaca jendela. Aku mengarahkan cermin di tangan
kanan ke wajahku. Bibir hitam dan kering, bukan bibir merah yang bisa mencium
wanita cantik. Aku membuka mulut perlahan, rasa sakit dan perih menyetrum
seluruh tubuh sampai ke ulu hati, nafasku panas dan berbau, gusiku berdarah,
gigiku goyang dan sudah ada yang tanggal kemarin malam. Kubuang cermin itu.
Aku memandangnya sekali lagi. Dia
bersimpuh sekarang. Aku berusaha mengeluarkan suara tetapi tidak ada suara yang
keluar, aku berusaha berteriak sekuat tenaga, hanya geraman ‘ghrrr’ yang tidak
mungkin terdengar hingga loteng.
Aku meraih rokok di saku,
menghembuskan asapnya, membentuk gambar hati, i love you and i’m sorry, batinku. Setelah asap itu menghilang, aku
menunduk, menggerakkan tubuhku, pelumas di sendi-sendiku sudah menipis, tulangku
berderak ketika aku berjalan. Aku menuju Zombieland atau akan terbunuh oleh Izrail
si pemburu.
(580 kata. Cerpen ini dibuat untuk mengikuti Lomba Menulis Cerita "Diary sang Zombigaret", www.facebook.com/zombigaret)
(580 kata. Cerpen ini dibuat untuk mengikuti Lomba Menulis Cerita "Diary sang Zombigaret", www.facebook.com/zombigaret)
Tags: Cerpen
Posting Komentar